Hadits Arbain kali ini menerangkan adanya wajib, haram, batasan, dan yang Allah diamkan. Hadits Al-Arbain An-Nawawiyah 30 عَنْ أَبِي ثَعْلَبَةَ الخُشَنِيِّ جُرثُومِ بْنِ نَاشِرٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، عَنْ رَسُولِ اللهِ ﷺ قَالَ إِنَّ اللهَ فَرَضَ فَرَائِضَ فَلَا تُضَيِّعُوهَا، وَحَدَّ حُدُوْداً فَلَا تَعْتَدُوهَا وَحَرَّمَ أَشْيَاءَ فَلَا تَنْتَهِكُوهَا، وَسَكَتَ عَنْ أَشْيَاءَ رَحْمَةً لَكُمْ غَيْرَ نِسْيَانٍ فَلَا تَبْحَثُوا عَنْهَا» حِدِيْثٌ حَسَنٌ رَوَاهُ الدَّارَقُطْنِيُّ وَغَيْرُهُ. Dari Abu Tsa’labah Al-Khusyani Jurtsum bin Nasyir radhiyallahu anhu, dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah telah menetapkan beberapa kewajiban maka janganlah engkau menyepelekannya, dan Dia telah menentukan batasan-batasan maka janganlah engkau melanggarnya, dan Dia telah pula mengharamkan beberapa hal maka janganlah engkau jatuh ke dalamnya. Dia juga mendiamkan beberapa hal–karena kasih sayangnya kepada kalian bukannya lupa–, maka janganlah engkau membahasnya.” Hadits hasan, HR. Ad-Daruquthni no. 4316 dan selainnya [Hadits ini dikomentari oleh Syaikh Abdul Muhsin, hadits ini sanadnya terputus. Namun, hadits ini kata Ibnu Rajab punya penguat]. Keterangan hadits Farodho mewajibkan Farai-dho suatu yang wajib seperti shalat lima waktu, zakat, puasa, haji, berbakti pada orang tua, dan silaturahim. Hudud batasan berupa wajib dan haram. Untuk yang wajib tidak boleh melampaui batas. Untuk yang haram tidak boleh didekati. Wa harrama asy-yaa-a Allah mengharamkan sesuatu. Fa laa tantahikuhaa janganlah mendekatinya, artinya jangan mendekati haram seperti zina, minum khamar, qadzaf, dan perkara lainnya yang tak terhitung. Yang Allah diamkan artinya tidak dilarang dan tidak diwajibkan. Fa laa tab-hatsu anhaa janganlah membicarakannya. Yang Allah diamkan bukan berarti Allah lupa, yang didiamkan sebagai rahmat untuk makhluk agar mereka tidak merasa menjadi beban. Faedah hadits Hadits ini jadi dalil bahwa Allah mewajibkan sesuatu pada hamba. Setiap perintah adalah di tangan Allah. Syariat terbagi menjadi faraidh wajib, muharromaat yang diharamkan, hudud batasan, dan maskuut anha yang didiamkan. Allah menjadikan yang wajib itu jelas, yang haram itu jelas, batasan Allah juga jelas. Kita tidak boleh melampaui batasan Allah. Tidak boleh melampaui batas dalam masalah hukuman. Misalnya, pezina yang masih gadis dikenakan seratus kali cambukan, tidak boleh ditambah lebih daripada itu. Allah disifatkan dengan diam. Hal ini berarti Allah itu berbicara sekehendak Allah, dan tidak berbicara juga sekehendak-Nya. Allah mengharamkan sesuatu menunjukkan bahwa yang haram ini tidak boleh didekati. Kita bisa mengetahui sesuatu itu diharamkan dari dalil larangan, dalil yang tegas melarang, penyebutan hukuman di dalam dalil. Apa saja yang didiamkan oleh syariat, tidak diwajibkan, tidak disebutkan batasan, tidak dilarang, maka termasuk halal. Ini pembicaraannya dalam perkara non ibadah. Sedangkan untuk perkara ibadah tidak boleh membuat syariat selain yang Allah izinkan. Allah mendiamkan sesuatu dan itu bentuk rahmat bagi hamba. Ditetapkan sifat rahmat bagi Allah. Dinafikan sifat kekurangan bagi Allah seperti lupa nisyan. Bagusnya penjelasan Nabi shallallahu alaihi wa sallam dengan keterangan yang jelas dan pembagian yang mudah. Bagaimana hukum mencukur bulu betis? Syaikh Ibnu Utsaimin menyatakan bahwa rambut itu ada tiga macam, yaitu ada yang diperintahkan untuk dihilangkan, ada yang dilarang untuk dihilangkan, dan ada yang didiamkan. Rambut yang diperintahkan untuk dihilangkan adalah bulu kemaluan, bulu ketiak pada laki-laki dan perempuan, juga kumis untuk laki-laki. Namun yang tepat untuk kumis tidak dihilangkan secara total. Rambut yang dilarang untuk dihilangkan adalah jenggot pada pria karena Nabi shallallahu alaihi wa sallam perintahkan untuk dibiarkan apa adanya. Rambut lainnya yang tidak ada perintah dan tidak ada larangan, ini adalah rambut lainnya yang tidak masuk dua jenis rambut di atas. Pada wanita boleh dicukur untuk tujuan untuk mempercantik diri. Pada pria, makin banyak bulu semacam ini, makin menunjukkan kejantanan. Bulu betis masuk jenis bulu yang ketiga. Lihat Syarh Al-Arba’in An-Nawawiyyah, karya Syaikh Ibnu Utsaimin. Hlm. 342-343. Kaedah dari hadits Kaedah fikih الأَصْلُ فِيْمَا سَكَتَ عَنْهُ الشَّارِعُ الإِبَاحَةُ إِلاَّ فِي العِبَادَاتِ فَالأَصْلُ المَنْعُ Artinya Hukum asal sesuatu yang Allah diamkan dari syariat adalah boleh mubah. Kecuali untuk masalah ibadah jika didiamkan berarti terlarang. Referensi Fath Al-Qawi Al-Matin fii Syarh Al-Arba’in wa Tatimmah Al-Khamsiin li An-Nawawi wa Ibni Rajab rahimahumallah. Cetakan kedua, Tahun 1436 H. Syaikh Abdul Muhsin bin Muhammad Al-Abbad Al-Badr. Khulashah Al-Fawaid wa Al-Qawa’id min Syarh Al-Arba’in An-Nawawiyyah. Syaikh Abdullah Al-Farih. Syarh Al-Arba’in An-Nawawiyyah. Cetakan ketiga, Tahun 1425 H. Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin. Penerbit Dar Ats-Tsuraya. Baca Juga Hadits Arbain 29 Mulianya Perkara Shalat dan Menjaga Lisan Hadits Arbain 28 Ikutilah Sunnah, Tinggalkanlah Bidah, Taatlah Pemimpin Diselesaikan di Darus Sholihin, Rabu, 8 Syakban 1441 H, 2 April 2020 Oleh Muhammad Abduh Tuasikal Artikel
Pada Hadits Al-Arbain An-Nawawiyah (الأربعون النووية) kali ini membahas mengenai hadits ke-29 dalam Kitab Hadits Arbain Nawawi karya Imam Nawawi ra. Hadits ini mengabarkan tentang perkara penting di mana Rasulullah SAW sendiri menyebutnya tentang sesuatu yang besar, tetapi perkara tersebut mudah bagi mereka yang dimudahkan Allah Hadits Arbain Nawawi. Foto adalah sumber hukum kedua setelah Al Quran. Hadits menjadi pelengkap apabila ada hal-hal yang tidak dijelaskan dalam Al Quran. Salah satu kitab hadits yang cukup dikenal adalah Hadits Arbain adalah kumpulan 42 hadits yang dikumpulkan oleh Imam Nawawi. Hadits-hadits tersebut berkaitan dengan pilar-pilar dalam agama Islam, baik ushul pokok maupun furu’ cabang, serta berbagai hadits yang berkaitan dengan jihad, zuhud, nasihat, adab, niat-niat yang baik dan buku Terjemahan Hadits Arbain oleh Al Imam Nawawi Abu Zakariya, para ulama telah menerangkan bahwa ajaran Islam, setengahnya atau sepertiganya, berlandaskan pada hadits-hadits dalam Hadits 5 Hadits Arbain dan terjemahannya yang dikutip dari laman Bergantung pada Niatعَنْ أَمِيرِ المُؤمِنينَ أَبي حَفْصٍ عُمَرَ بْنِ الخَطَّابِ رَضيَ اللهُ عنْهُ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى، فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَِى اللهِ وَرَسُوْلِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُهَا، أَوْ امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا، فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ . رَوَاهُ إِمَامَا الْمُحَدِّثِيْنَ أَبُوْ عَبْدِ اللهِ مُحَمَّدُ بْنُ إِسْمَاعِيْلَ بْنِ إِبْرَاهِيْمَ بْنِ الْمُغِيْرَةِ بْنِ بَرْدِزْبَهْ الْبُخَارِيُّ، وَأَبُوْ الْحُسَيْنِ مُسْلِمُ بْنُ الْحَجَّاجِ بْنِ مُسْلِمٍ الْقُشَيْرِيّ النَّيْسَابُوْرِيّ، فِيْ صَحِيْحَيْهِمَا اللَّذَيْنِ هُمَا أَصَحُّ الْكُتُبِ Amirul Mukminin Abu Hafsh Umar bin Al Khaththab adia berkata Aku mendengar Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda “Amalan-amalan itu hanyalah tergantung pada niatnya. Dan setiap orang itu hanyalah akan dibalas berdasarkan apa yang ia niatkan. Maka barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya keapda Allah dan Rasul-Nya. Namun barang siapa yang hijrahnya untuk mendapatkan dunia atau seorang wanita yang ingin ia nikahi, maka hijrahnya kepada apa yang ia niatkan tersebut.” Diriwayatkan oleh dua Imamnya para ahli hadits, Abu Abdillah Muhammad bin Isma’il bin Ibrahim bin Al Mughirah bin Bardizbah Al Bukhari dan Abul Husain Muslim bin Al Hajjaj bin Muslim Al Qusyairi An Naisaburi dalam dua kitab shahih mereka, yang keduanya merupakan kitab yang paling shahih diantara kitab-kitab yang ada.Agama Ini Adalah Nasehat- عَنْ أَبِيْ رُقَيَّةَ تَمِيْم بْنِ أَوْسٍ الدَّارِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الدِّيْنُ النَّصِيْحَةُ قُلْنَا لِمَنْ؟ قَالَ للهِ، وَلِكِتَابِهِ، ولِرَسُوْلِهِ، وَلأَئِمَّةِ المُسْلِمِيْنَ، وَعَامَّتِهِمْ. رَوَاهُ مُسْلِمٌDari Abu Ruqayyah Tamim bin Aus Ad Dari radhiyallahu anhu, dia berkata “Sesungguhnya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda ”Agama itu nasihat.” Kami bertanya ”Untuk siapa?” Beliau shallallahu alaihi wa sallam menjawab ”Untuk Allah, untuk kitab-Nya, untuk Rasul-Nya, untuk pemimpin kaum muslimin dan seluruh kaum muslimin.”Mencintai Kebaikan untuk Saudaranyaعَنْ أَبِيْ حَمْزَة أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُ خَادِمِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ رَوَاهُ اْلبُخَارِيّ وَمُسْلِمٌDari Abu Hamzah –Anas bin Malik radhiyallahu anhu– pembantu Rasulullah, dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam, beliau bersabda ”Tidaklah salah seorang di antara kalian beriman dengan keimanan yang sempurna sampai dia mencintai untuk saudaranya apa yang ia cintai untuk dirinya sendiri.” HR. Al Bukhari dan MuslimBarangsiapa Beriman kepada Allah dan Hari Akhir- عَن أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ قَالَ رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم مَنْ كَانَ يُؤمِنُ بِاللهِ وَاْليَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْراً أَو لِيَصْمُتْ، وَمَنْ كَانَ يُؤمِنُ بِاللهِ وَاْليَومِ الآخِرِ فَلاَ يُؤْذِ جَارَهُ، ومَنْ كَانَ يُؤمِنُ بِاللهِ واليَومِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ رَوَاهُ اْلبُخَارِي Abu Hurairah radhiyallahu anhu dia berkata, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda ”Barangsiapa yang beriman kepada Allah subhanahu wa ta’ala dan hari akhir maka hendaknya dia berbicara yang baik atau kalau tidak bisa hendaknya dia diam. Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka janganlah ia menyakiti tetangganya. Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaknya dia memuliakan tamunya.” HR. al Bukhari dan MuslimBertakwalah di Manapun Engkau Berada- عَنْ أَبِيْ ذَرٍّ جُنْدُبِ بنِ جُنَادَةَ وَأَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ مُعَاذِ بِنِ جَبَلٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا عَنْ رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ اتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ، وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ رَوَاهُ التِّرْمِذِيّ وَقَالَ حَدِيْثٌ حَسَنٌ. وَفِيْ بَعْضِ النَّسَخِ حَسَنٌ Abu Dzar Jundub bin Junadah dan Abu Abdirrahman Mu’adz bin Jabal radhiyallahu anhuma, dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam beliau bersabda ”Bertakwalah kepada Allah subhanahu wa ta’ala di manapun engkau berada. Iringilah kejelekan itu dengan kebaikan niscaya kebaikan itu akan menghapusnya kejelekan. Dan pergaulilah manusia dengan pergaulan yang baik.” HR. at Tirmidzi, dan ia berkata bahwa hadits ini hasan. Di sebagian naskah hadits hadits ini hasan shahihKamitelah lama men-share beberapa matan Arbai‟in an- Nawawi, selanjutnya pada kesempatan ini kami share: 1. Ringkasan syarah kitab ini dalam bahasa kita yakni Ringkasan Syarah Arba'in An-Nawawi - Syaikh Shalih Alu Syaikh Hafizhohulloh yang disusun Ustadz Abu Isa Abdulloh bin Salam (Staf Pengajar Ma‟had Ihyaus Sunnah, Tasikmalaya) yangعَن أَبي نَجِيحٍ العربَاضِ بنِ سَاريَةَ رضي الله عنه قَالَ وَعَظَنا رَسُولُ اللهِ مَوعِظَةً وَجِلَت مِنهَا القُلُوبُ وَذَرَفَت مِنهَا العُيون. فَقُلْنَا يَارَسُولَ اللهِ كَأَنَّهَا مَوْعِظَةُ مُوَدِّعٍ فَأَوصِنَا، قَالَ أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللهِ عز وجل وَالسَّمعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ تَأَمَّرَ عَلَيْكُمْ عَبْدٌ، فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ فَسَيَرَى اخْتِلافَاً كَثِيرَاً؛ فَعَلَيكُمْ بِسُنَّتِيْ وَسُنَّةِ الخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ المّهْدِيِّينَ عَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الأُمُورِ فإنَّ كلّ مُحدثةٍ بدعة، وكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلالَةٌ. رواه أبو داود والترمذي وقال حديث حسن صحيح Abu Najih Irbādh bin Sāriyah radhiyallahu anhu berkata, “Rasulullah pernah menasihati kami dengan sebuah nasihat yang menyebabkan hati bergetar dan air mata berlinang, lalu kami berujar, Wahai utusan Allah, seakan-akan ini adalah nasihat orang yang akan berpisah, maka berilah kami wasiat!’ Beliau bersabda, Aku wasiatkan kepada kalian untuk bertakwa kepada Allah, mendengar dan taat kepada penguasa meskipun kalian diperintah oleh seorang budak. Sesungguhnya siapa di antara kalian yang masih hidup sepeninggalku niscaya ia akan melihat perselisihan yang banyak. Oleh sebab itu, wajib atas kalian untuk berpegang teguh dengan sunahku dan sunah para khulafaur rasyidin yang mendapatkan petunjuk. Gigitlah sunah tersebut dengan gigi geraham kalian! Hati-hatilah kalian dari perkara yang diada-adakan karena setiap bidah adalah sesat.’” HR. Abu Dawud dan Tirmizi, beliau berkata bahwa hadis ini hasan sahih.[1] Irbādh bin Sāriyah adalah seorang sahabat Rasul yang memiliki keistimewaan. Menurut riwayat lain hadis ini, Irbādh bin Sāriyah adalah salah seorang yang disebutkan dalam firman Allah, “وَّلَا عَلَى الَّذِيْنَ اِذَا مَآ اَتَوْكَ لِتَحْمِلَهُمْ قُلْتَ لَآ اَجِدُ مَآ اَحْمِلُكُمْ عَلَيْهِ ۖتَوَلَّوْا وَّاَعْيُنُهُمْ تَفِيْضُ مِنَ الدَّمْعِ حَزَنًا اَلَّا يَجِدُوْا مَا يُنْفِقُوْنَۗ Artinya “Tidak ada dosa pula bagi orang-orang yang ketika datang kepadamu Nabi Muhammad agar engkau menyediakan kendaraan kepada mereka, lalu engkau berkata, Aku tidak mendapatkan kendaraan untuk membawamu.’ Mereka pergi dengan bercucuran air mata karena sedih sebab tidak mendapatkan apa yang akan mereka infakkan untuk ikut berperang.” QS. Al-Taubah92 Suatu ketika beliau didatangi oleh sekelompok orang yang datang untuk menemui beliau dan menimba ilmu. Beliau pun lantas menceritakan hadis ini. Dalam riwayat lain disebutkan bahwa nasihat ini disampaikan oleh Nabi seusai Salat Subuh.[2] Hadis ini berisi wejangan dari Baginda Nabi agar manusia bertakwa dan taat kepada pemimpin. Kedua hal ini akan mendatangkan maslahat dunia dan akhirat. Dalam hadis ini, nabi juga berpesan untuk berpegang teguh kepada ajarannya sebagai resep keselamatan dari penyimpangan dan kesesatan. Nasihat Rasulullah Rasulullah adalah seorang public speaker yang ulung. Bagaimana tidak? Beliau dikaruniai oleh Allah jawāmi’ al-kalim. Untaian kata yang ringkas namun berbobot dan sarat makna. Oleh sebab itu, Irbādh mendeskripsikan bahwa nasihat Rasulullah kala itu begitu menyentuh, menggetarkan hati, dan menjadikan air mata berlinang. Agar nasihat yang disampaikan dapat menyentuh dan tersampaikan dari hati ke hati, hendaknya beberapa hal berikut perlu diindahkan Niat yang ikhlas. Tujuan nasihat adalah mengajak orang lain untuk semakin dekat kepada Allah. Bukan karena ingin pujian, pengakuan, utang jasa orang yang dinasihati, dan sebagainya. Inilah kunci utama agar nasihat berkesan. Apa yang bertolak dari hati akan sampai ke hati. Kesesuaian tema pembahasan. Hendaknya nasihat yang diberikan berisi dan bertujuan untuk menyadarkan, mengingatkan, dan mengedukasi masyarakat kaum muslimin tentang maslahat dunia dan akhirat. Pemilihan kata yang sesuai. Allah berfirman, … وَعِظْهُمْ وَقُلْ لَّهُمْ فِيْٓ اَنْفُسِهِمْ قَوْلًا ۢ بَلِيْغًا Artinya “… nasihatilah mereka, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang membekas pada jiwanya.” QS. An-Nisa`63 Tidak berpanjang lebar dan bertele-tele. Dalam Shahih Muslim disebutkan bahwa Jabir bin Samurah berkata, كُنْتُ أُصَلِّي مَعَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. فَكَانَتْ صَلَاتُهُ قَصْدًا . وَخُطْبَتُهُ قَصْدًا “Dulu saya salat bersama Rasulullah. Salat beliau pertengahan tidak terlalu panjang, tidak pula terlalu singkat dan khotbah beliau pun pertengahan tidak terlalu panjang, tidak pula terlalu singkat.”[3] Dalam hadis lain beliau mengatakan, كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ لَا يُطِيلُ الْمَوْعِظَةَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ ، إِنَّمَا هُنَّ كَلِمَاتٌ يَسِيرَاتٌ “Biasanya Rasulullah tidak berlama-lama menasihati pada Hari Jumat, hanya sekedar penyampaian singkat.”[4] Memilih waktu yang tepat. Nabi tidak menasihati setiap saat. Beliau mencari waktu yang tepat untuk menyampaikan wejangan. Demikianlah yang diamalkan oleh para sahabat. Abu Wā`il bercerita, كَانَ عَبْدُ اللَّهِ يُذَكِّرُنَا كُلَّ يَوْمِ خَمِيسٍ فَقَالَ لَهُ رَجُلٌ يَا أَبَا عَبْدِ الرَّحْمَنِ إِنَّا نُحِبُّ حَدِيثَكَ وَنَشْتَهِيهِ وَلَوَدِدْنَا أَنَّكَ حَدَّثْتَنَا كُلَّ يَوْمٍ فَقَالَ مَا يَمْنَعُنِي أَنْ أُحَدِّثَكُمْ إِلَّا كَرَاهِيَةُ أَنْ أُمِلَّكُمْ إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَتَخَوَّلُنَا بِالْمَوْعِظَةِ فِي الْأَيَّامِ كَرَاهِيَةَ السَّآمَةِ عَلَيْنَا “Abdullah [bin Mas’ud] menyampaikan nasihat untuk kami setiap Hari Kamis, lalu seseorang berkata padanya, Hai Abu Abdurrahman kunyah Abdullah bin Mas’ud, kami menyukai penyampaianmu. Kami ingin kau menyampaikan kepada kami setiap hari.’ Abdullah berkata, Tidak ada yang menghalangiku untuk menceritakan kepada kalian selain karena aku tidak ingin membuat kalian bosan. Rasulullah ﷺ mengatur penyampaian nasihat pada kami dalam beberapa hari karena tidak mau membuat kami bosan.’”[5] Hati Para Sahabat Hadis ini juga menggambarkan betapa lembutnya hati para sahabat. Mereka menangis, hati mereka bergetar disebabkan kedalaman ilmu yang mereka miliki, rasa takut kepada Allah yang tertancap kuat, serta keimanan dan pembenaran yang kokoh terhadap ucapan sang baginda. Semua itu adalah tanda bahwa terdapat kesalehan dalam hati mereka. Nasihat Takwa dan Keutamaannya Nabi memesankan ketakwaan kepada para sahabat. Takwa ialah mengerjakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Inilah nasihat Allah kepada seluruh hamba-Nya yang telah berlalu dan yang akan datang. Allah berfirman, وَلَقَدْ وَصَّيْنَا الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَاِيَّاكُمْ اَنِ اتَّقُوا اللّٰهَ ۗوَاِنْ تَكْفُرُوْا فَاِنَّ لِلّٰهِ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْاَرْضِۗ وَكَانَ اللّٰهُ غَنِيًّا حَمِيْدًا Artinya “Sungguh, Kami telah mewasiatkan kepada orang-orang yang diberi kitab suci sebelum kamu dan juga kepadamu umat Islam agar bertakwa kepada Allah. Akan tetapi, jika kamu kufur, maka sesungguhnya hanya milik Allah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.” QS. An-Nisa`131 Tunduk dan Patuh pada Penguasa Selama Bukan Kemaksiatan Ketundukan dan kepatuhan merupakan bagian dari hak seorang pemimpin yang wajib ditunaikan oleh rakyatnya. Hak ini telah termaktub dalam al-Qur’an. Allah berfirman, يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَطِيْعُوا اللّٰهَ وَاَطِيْعُوا الرَّسُوْلَ وَاُولِى الْاَمْرِ مِنْكُمْۚ فَاِنْ تَنَازَعْتُمْ فِيْ شَيْءٍ فَرُدُّوْهُ اِلَى اللّٰهِ وَالرَّسُوْلِ اِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِۗ ذٰلِكَ خَيْرٌ وَّاَحْسَنُ تَأْوِيْلًا ࣖ Artinya “Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul Nabi Muhammad serta ululamri pemegang kekuasaan di antara kamu.” QS. An-Nisa’59 Dalam ayat di atas, Allah menyebutkan ulul amri pemegang kekuasaan padahal ketaatan kepadanya sudah termasuk dari bagian ketaatan pada Allah dan rasul-Nya. Ini menunjukkan bahwa ketaatan terhadap ulul amri begitu penting untuk diperhatikan.[6] Kelalaian kaum muslimin menunaikan hak ini dapat menimbulkan kerusakan dan fitnah di antara kaum muslimin itu sendiri. Betapa pentingnya hal ini bahkan nabi pun memerintahkan untuk dengar dan taat walaupun yang memimpin adalah seorang budak. Ucapan ini disebutkan oleh nabi sebagai bentuk penekanan. Walaupun sebagian ulama ada yang memandang bahwa maksud dari ucapan ini adalah kabar dari sang baginda akan munculnya kerusakan dalam penerapan syariat hingga kekuasaan dipikul oleh orang yang bukan ahlinya. Meski demikian, ketaatan harus tetap diutamakan dalam rangka mengambil mudarat yang lebih ringan. Para sahabat pun senantiasa mengingatkan satu sama lain terkait permasalahan ini. Suwaid bin Ghaflah bercerita, أَخَذَ عُمَرُ بِيَدِي فَقَالَ يَا أَبَا أُمَيَّةَ إِنِّي لَا أَدْرِي لَعَلَّنَا لَا نَلْتَقِي بَعْدَ يَوْمِنَا هَذَا، اِتَّقِ اَللَّهَ رَبَّك إِلَى يَوْمٍ تَلْقَاهُ كَأَنَّكَ تَرَاهُ وَأَطِعْ اَلْإِمَامَ وَإِنْ كَانَ عَبْدًا حَبَشِيًّا مُجَدَّعًا، إِنْ ضَرَبَكَ فَاصْبِرْ، وَإِنْ أَهَانَك فَاصْبِرْ، وَإِنْ أَمَرَكَ بِأَمْرٍ يُنْقِصُ دِينَكَ فَقُلْ طَاعَةُ دَمِي دُونَ دِينِي، وَلَا تُفَارِقْ اَلْجَمَاعَةَ “Umar memegang tangan saya seraya berkata, Wahai Abu Umayyah, saya tak tahu mungkin saja kita tidak bertemu lagi setelah hari ini. Bertakwalah kepada Tuhanmu hingga hari engkau berjumpa dengan-Nya seakan-akan engkau melihat-Nya. Taatilah pemimpin walaupun ia adalah hamba sahaya dari Habasyah terpotong kaki dan tangannya. Jika kamu dipukul maka sabarlah, jika engkau dihina bersabarlah, jika ia perintahkan suatu perkara yang dapat mengurangi agamamu maka katakanlah aku taat dengan darahku, tidak dengan agamaku, serta janganlah engkau meninggalkan jamaah.”[7] Munculnya Fitnah Akhir Zaman Nabi mengabarkan bahwa sepeninggal beliau akan muncul perselisihan dan perpecahan. Perpecahan ini terjadi disebabkan perbedaan landasan pokok beragama, furuk, perebutan kekuasaan dan sebagainya.[8] Pada saat hal itu terjadi, seorang muslim hendaknya mengamalkan isi wasiat Rasulullah di atas, عَلَيكُمْ بِسُنَّتِيْ وَسُنَّةِ الخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ المّهْدِيِّينَ عَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الأُمُورِ “…wajib atas kalian untuk berpegang teguh dengan sunahku dan sunah para khulafaur rasyidin[9] yang mendapatkan petunjuk. Gigitlah sunah tersebut dengan gigi geraham kalian! Hati-hatilah kalian dari perkara yang diada-adakan…!” Bidah Ibnu Rajab berkata, “Bidah yang dimaksud ialah segala perkara yang diada-adakan dalam syariat yang tidak memiliki dalil asal. Apabila perkara tersebut memiliki dalil asal maka bukan dikategorikan bidah dalam terminologi syariat walaupun masuk dalam kategori bidah dalam etimologi.”[10] Tambahan Dalam riwayat Imam Ahmad disebutkan tambahan sebagai berikut إِنِّي قَدْ تَرَكْتُكُمْ عَلَى الْبَيْضَاءِ لَيْلُهَا كَنَهَارِهَا لَا يَزِيغُ عَنْهَا بَعْدِي مِنْكُمْ إِلَّا هَالِكٌ وَمَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ فَسَيَرَى اخْتِلَافًا كَثِيرًا “Sungguh saya telah meninggalkan kalian dalam keadaan yang sangat jelas, malamnya sebagaimana siangnya. Tidak akan menyeleweng setelahku kecuali dia akan binasa. Barang siapa yang hidup di antara kalian akan melihat perselisihan yang banyak…”[11] Footnote [1]HR. Abu Dawud 4607, Tirmizi 2676, Ibnu Majah 42, dan Ahmad 17416. [2] HR. Tirmizi 2676. [3] HR. Muslim 866. [4] HR. Abu Dawud 1071. [5] HR. Bukhari 68 dan Muslim 2821. [6] Lihat Al-Wāfiy Fi Syarh Al-Arba’īn An-Nawawiyah hal. 214. [7] Ushūl As-Sunnah karya Ibnu Zamanain 205. [8] Lihat Al-Hulal Al-Bahiyah karangan Dr. Masnhur Al-Shaq’ūb hal. 226. [9] Khulafaur rasyidin adalah Abu Bakar, Umar bin Al-Khattāb, Utsman bin Affān, dan Ali bin Abi Thālib radhiyallahu anhum. Rasyidin adalah bentuk jamak dari rasyid yang berarti mengetahu kebenaran dan mengamalkannya. Lawannya ialah Ghāwi yang berarti mengetahui kebenaran dan mengamalkan sebaliknya. Lihat Jāmi’ Al-Ulūm Wa Al-Hikam hal. 565. [10] Jāmi Al-Ulūm Wa Al-Hikam hal. 566. [11] HR. Ahmad 16519 dan Ibnu Majah 43. Tambahan ini diperselisihkan oleh para ulama. Banyak yang berpendapat bahwa lafaz ini mudraj. Lihat Jāmi’ Al-Ulūm Wa Al-Hikam hal. 553. Syarh Al-Arba'in An-Nawawiyyah, hlm. 328) Kedelapan: Ibadah barulah teranggap jika dibangun di atas dua kalimat syahadat dan keduanya saling berkaitan. Amal barulah diterima jika ikhlas karena Allah dan bersesuaian dengan syariat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Lihat Fath Al-Qawi Al-Matin, hlm. 107. By Selasa, 15 Juni 2021 pukul 750 amTerakhir diperbaharui Rabu, 16 Juni 2021 pukul 924 amTautan Hadits Arbain 28 – Mendengar dan Taat Kepada Penguasa merupakan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz Anas Burhanuddin, dalam pembahasan Al-Arba’in An-Nawawiyah الأربعون النووية atau kitab Hadits Arbain Nawawi Karya Imam Nawawi Rahimahullahu Ta’ala. Kajian ini disampaikan pada Selasa, 26 Jumadil Akhir 1442 H / 09 Februari 2021 M. Status Program Kajian Kitab Hadits Arbain Nawawi Status program kajian Hadits Arbain Nawawi AKTIF. Mari simak program kajian ilmiah ini di Radio Rodja 756AM dan Rodja TV setiap Selasa sore pekan ke-2 dan pekan ke-4, pukul 1630 - 1800 WIB. Download juga kajian sebelumnya Hadits Arbain 27 – Bertanyalah Kepada Hatimu Kajian Hadits Arbain 28 – Mendengar dan Taat Kepada Penguasa Pada pembahasan kali, kita akan membahas hadits ke 28 dari Syarah Kitab Al-Arba’in fi Mabanil Islam wa Qawaid Al-Ahkam yaitu sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Najih Irbadh bin Sariyah Radhiyallahu Anhu yang juga diriwayatkan oleh Tirmidzi. عَنْ أَبِي نَجِيْحٍ العِرْبَاضِ بْنِ سَارِيَةَ رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُ قاَلَ وَعَظَنَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ مَوْعِظًةً وَجِلَتْ مِنْهَا القُلُوْبُ وَذَرَفَتْ مِنْهَا العُيُوْنُ فَقُلْنَا يَا رَسُوْلَ اللهِ كَأَنَّهَا مَوْعِظَةً مُوَدِّعٍ فَأَوْصِنَا قَالَ أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَ جَلَّ وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ تَأَمَّرَ عَلَيْكُمْ عَبْدٌ فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ فَسَيَرَي اخْتِلاَفًا كَثِيْرًا فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ المَهْدِيِّيْنَ عَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الأُمُوْرِ فَإِنَّ كُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ رَوَاهُ أَبُوْ دَاوُدَ وَالتِّرْمِذِيُّ وَقَالَ حَدِيْثٌ حَسَنٌ صَحِيْحٌ Dari Abu Najih Irbadh bin Sariyah Radhiyallahu Anhu, dia berkata “Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam memberikan nasihat kepada kami dengan nasihat yang karenanya hati kami bergetar dan air mata mengalir, maka kami mengatakan Ya Rasulullah, seolah-olah ini adalah pesan dari orang yang akan berpisah, maka berikanlah kami wasiat!’ Maka kemudian beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda Aku wasiatkan kepada kalian untuk bertakwa kepada Allah, dan patuh serta taat kepada pemimpin meskipun yang memimpin kalian adalah seorang budak. Dan sungguh orang yang hidup di antara kalian sepeninggalku, dia akan mendapat perbedaan yang banyak. Maka ikutilah sunnahku dan sunnah para khulafaur rasyidin yang mendapatkan petunjuk setelahku. Gigitlah sunnah itu dengan geraham-geraham kalian, dan hindarilah oleh kalian perkara-perkara yang baru dalam agama, karena setiap bid’ah adalah kesesatan.’” HR. Abu Dawud dan Tirmidzi, At-Tirmidzi mengatakan ini adalah hadits yang hasan shahih Bagaimana pembahasan lengkapnya? Mari download mp3 kajian dan simak kajian yang penuh manfaat ini. Download mp3 Kajian Podcast Play in new window DownloadSubscribe RSS Lihat juga Hadits Arbain Ke 1 – Innamal A’malu Binniyat Mari raih pahala dan kebaikan dengan membagikan tautan ceramah agama “Hadits Arbain 28 – Mendengar dan Taat Kepada Penguasa” ini ke jejaring sosial yang Anda miliki seperti Facebook, Twitter dan yang lainnya. Semoga menjadi pembuka pintu kebaikan bagi kita semua. Barakallahu fiikum. Dapatkan informasi dari Radio Rodja 756 AM, melalui Telegram Dapatkan informasi dari Rodja TV, melalui Facebook Podcast Download (Duration: 1:03:28 — 18.2MB) Sumber audio: radiorodja.com. Mari turut menyebarkan catatan kajian "Hadits Arbain ke-8 : Mengajak kepada Kalimat Syahadat" ini di media sosial yang Anda miliki, baik itu facebook, twitter, atau yang lainnya. Semoga bisa menjadi pintu kebaikan bagi kita semua. Barakallahu fiikum.. Wasiat Rasulullah SAW dalam Hadist arbain nawawi 28 menjelaskan tentang untuk selalu berpegang teguh terhadap sunnah Rasulullah dan khulafaur rasyidin para sahabat. hadist ini menjadi wasiat nabi muhammad bagi umatnya, hadist yang bisa dijadikan tuntunan untuk para umat islam selama hidupnya. Bahwa kita harus selalu berpegang teguh pada sunnah Rasulullah SAW. Untuk lebih jelasnya mari kita bahas semua tentang hadist ini, Abu Najih, Al Irbad bin Sariyah ra, berkata عَنْ أَبِي نَجِيحٍ الْعِرْبَاضِ بْنِ سَارِيَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ “وَعَظَنَا رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه و سلم مَوْعِظَةً وَجِلَتْ مِنْهَا الْقُلُوبُ، وَذَرَفَتْ مِنْهَا الْعُيُونُ، فَقُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ! كَأَنَّهَا مَوْعِظَةُ مُوَدِّعٍ فَأَوْصِنَا، قَالَ أُوصِيكُمْ بِتَقْوَى اللَّهِ، وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ تَأَمَّرَ عَلَيْكُمْ عَبْدٌ، فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ فَسَيَرَى اخْتِلَافًا كَثِيرًا، فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ الْمَهْدِيينَ، عَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ، وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الْأُمُورِ؛ فَإِنَّ كُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ”. “ Rasulullah telah memberi nasehat kepada kami dengan satu nasehat yang menggetarkan hati dan membuat air mata berlinang. Kami bertanya, “ wahai rasullullah, nasihat itu seakan-akan nasihat dari orang yang akan berpisah selamanya meninggal, maka berilah kami wasiat. Rasulullah bersabda, “ saya memberi wasiat kepadamu agar tetap bertaqwa kepada Allah yang maha tinggi lagi maha mulai, tetap mendengar dan taat walaupun yang memerintahmu seorang hamba sahaya. Sesungguhnya barangsiapa diantara kalian masih hidup niscaya bakal menyaksikan banyak perselisihan. Karena itu berpegang teguhlah kepada sunnahku dan sunnah klulafaur rasyidin yang lurus mendapat petunjuk dan gigitlah dengan gigi geraham kalian, dan jauhilah olehmu hal-hal baru dalam perkara agama karena sesungguhnya semua bid’ah itu sesat [1] Dari hadist arbain nawawi diatas, ada banyak penjelasan yang bisa kita dapatkan. Dengan kata mengenal dan membekas dihati, berarti wasiat dari Rasulullah ini memang begitu harus diingat dan nasihat yang harus kita amalkan. Nasihat ini menjadi pedoman dan tauladan bagi semua umat islam untuk tetap berada di jalan Allah ta’ala. Kita memang diajarkan untuk selalu berpegang teguh dalam sunah rosulullallah. Dengan dalam perkara apapun, dilarang untuk menjauh dari sunah rosul. Terutama dalam perkara ibadah. Semua ibadah yang kita lakukan harus ada ilmu dan memiliki sunah yang jelas. Kita harus mendengar semua perintah ke ta’atan apapun itu, selama tidak mendekati kemaksiatan atau melakukan keburukan. Semua perintah yang sudah diperintahkan harus kita lakukan dengan sebaik mungkin. Asalkan tidak mendekatkan kita kemaksiatan. Hal inilah yang dijelaskan dalam hadist arbain nawawi. Kenapa kita harus berpegang teguh terhadap sunnah nabi dan sunnah khulafaur rasyidin, karena merekalah yang menjadi panutan kita, semua ibadah yang kita lakukan berdasarkan dari sunah Rasulullah dan sahabat. Apalagi ketika terjadi perbedaan bahkan perpecahan. Semuanya harus mengacu pada sunnah Rasulullah. Hadist arbain nawawi ini diberikan ketika Rasulullah SAW akan wafat, maka wasiat ini menjadi wasiat yang harus dipegang. Untuk kebahagiaan dan kebaikan dunia akhirat. Seperti yang sudah dijanjikan, kalau kita selalu berpegang teguh kepada sunnah dan Al Quran, maka hidup kita akan bahagia dunia akhirat. Tak perlu percaya dengan yang lain, semuanya sudah ditulis dengan jelas di sunah rosullulah. Dalam hadist arbain nawani juga dijelaskan tentang larangan bid’ah. Bid’ah membawa kesesatan, karena kita membuat ibadah baru tanpa adanya ilmu. Allah SWT sangat melarang hambanya untuk membuat perkara baru dalam agama tanpa adanya landasan atau ilmu yang jelas. Semua ibadah agama yang kita lakukan setiap harinya, harus memiliki dasar. Jika tanpa dasar hanya akan membawa kesesatan. Banyak sekali hadist dan ayat Al Qur’an yang melarang tentang bid’ah. Sedangkan dalam kehidupan sehari-hari, kita sangat mudah menemukan bid’ah. Dengan memahami hadist arbain nawani diatas, kita jadi tahu pedoman apa yang harus kita pegang teguh dalam melakukan apapun, selalu berpegang teguh pada sunnah Rasulullah, terutama dalam perkara ibadah. Jika ada ibadah yang tidak sesuai dengan sunah Rasulullah, maka jangan diikuti. Pahami ilmunya dan pelajari, ini akan membantu kita terhindar dari kesesatan dan insyaAllah bisa bahagia di dunia dan akhirat. Catatan Kaki [1] Abu daud dan At Tarmidzi, hadits hasan shahih
Oleh haditsarbain Juni 9, 2007 HADITS KEDUAPULUH DELAPAN عَنْ أَبِي نَجِيْحٍ الْعِرْبَاضِ بْنِ سَاريةَ رَضي الله عنه قَالَ وَعَظَنَا رَسُوْلُ اللهِ صَلىَّ الله عليه وسلم مَوْعِظَةً وَجِلَتْ مِنْهَا الْقُلُوْبُ، وَذَرِفَتْ مِنْهَا الْعُيُوْنُ، فَقُلْنَا يَا رَسُوْلَ اللهِ، كَأَنَّهَا مَوْعِظَةُ مُوَدِّعٍ، فَأَوْصِنَا، قَالَ أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ، وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ تَأَمَّرَ عَلَيْكُمْ عَبْدٌ، فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ فَسَيَرَى اخْتِلاَفاً كًثِيْراً. فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ الْمَهْدِيِّيْنَ عَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ، وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ اْلأُمُوْرِ، فَإِنَّ كُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ [رَوَاه داود والترمذي وقال حديث حسن صحيح] Terjemah hadits / ترجمة الحديث Dari Abu Najih Al Irbadh bin Sariah radhiallahuanhu dia berkata Rasulullah shollallohu alaihi wa sallam memberikan kami nasehat yang membuat hati kami bergetar dan air mata kami bercucuran. Maka kami berkata Ya Rasulullah, seakan-akan ini merupakan nasehat perpisahan, maka berilah kami wasiat. Rasulullah shollallohu alaihi wa sallam bersabda “ Saya wasiatkan kalian untuk bertakwa kepada Allah ta’ala, tunduk dan patuh kepada pemimpin kalian meskipun yang memimpin kalian adalah seorang budak. Karena di antara kalian yang hidup setelah ini akan menyaksikan banyaknya perselisihan. Hendaklah kalian berpegang teguh terhadap ajaranku dan ajaran Khulafaurrasyidin yang mendapatkan petunjuk, gigitlah genggamlah dengan kuat dengan geraham. Hendaklah kalian menghindari perkara yang diada-adakan, karena semua perkara bid’ah adalah sesat “ Riwayat Abu Daud dan Turmuzi, dia berkata hasan shahih Pelajaran 1. Bekas yang dalam dari nasehat Rasulullah shollallohu alaihi wa sallam dalam jiwa para shahabat. Hal tersebut merupakan tauladan bagi para da’i di jalan Allah ta’ala. 2. Taqwa merupakan yang paling penting untuk disampaikan seorang muslim kepada muslim lainnya, kemudian mendengar dan ta’at kepada pemerintah selama tidak terdapat didalamnya maksiat. 3. Keharusan untuk berpegang teguh terhadap sunnah Nabi dan sunnah Khulafaurrasyidin, karena didalamnya terdapat kemenangan dan kesuksesan, khususnya tatkala banyak terjadi perbedaan dan perpecahan. 4. Hadits ini menunjukkan tentang sunnahnya memberikan wasiat saat berpisah karena di dalamnya terdapat kebaikan dan kebahagiaan dunia dan akhirat. 5. Larangan untuk melakukan hal yang baru dalam agama bid’ah yang tidak memiliki landasan dalam agama. Media Muslim INFO Project Indonesia 1428 H / 2007 M Ditulis dalam 40 Hadis, 40 Hadist, 40 Hadits, Arba'in An Nawawi, Arbin An Nawawi, Hadis Arbain, Hadis Imam Nawawi, Hadits Arba'in, Hadits Arba'in An Nawawi, Hadits Imam Nawawi, Hadits Populer, Hadits Shohih, Imam Nawawi
DariSahl bin Sa'ad radhiallahu 'anhu dia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Aku dan orang yang menanggung anak yatim (kedudukannya) di surga seperti ini", beliau shallallahu 'alaihi wa sallam mengisyaratkan jari telunjuk dan jari tengah beliau, serta agak merenggangkan keduanya. (HR al-Bukhari)
Hadits Ke dua Puluh Delapan dari Kitab Hadits Arba’in Nawawi tentang wasiat rosulullah kepada umat islam, Rosulullah berwasiat supaya umat islam tetap bertaqwa kepada Allah SWT, tunduk dan menjalankan segala aturan islam sesuai yang diajarkan oleh Rosulullah, Rosul berwasiat supaya kita meniru, meneladani ajaran rosulullah dan para khulafaur Rosyidin, Khulafaur Rosyidin adalah 4 kholifah atau pemimpin setelah Rosulullah, yaitu Umar bin Khottob, Aliy bin Abi Tholib, Utsman bin Affan, dan Abu Bakar Ash Shiddiq. Mungkin kita tidak mengetahui secara detail kehidupan mereka, namun kita bisa membaca perjalanan hidup mereka, sikap dan pola fikir mereka dari berbagai sirah kenabian .Rosul berwasiat supaya kita tidak melakukan bid’ah, yaitu mengadakan-adakan kegiatan agama yang tidka dicontohkan rosulullah, seperti adzan bukan dengan bahasa arab, sholat bukan dengan bahsa arab dan sebagainya. Sebagaimana kita tahu bahwa pernah terjadi kejadian adzan dengan bahsa turki, dan sholat dengan bahasa Indonesia. Hal tersebut adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat. Berikut redaksi hadits ke dua puluh delapan dari kitab hadits arba’in nawawi disertai dengan tulisan latin dan artinya عَنْ أَبِي نَجِيْحٍ العِرْبَاضِ بْنِ سَارِيَةَ رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُ قاَلَ وَعَظَنَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَوْعِظًةً وَجِلَتْ مِنْهَا القُلُوْبُ وَذَرِفَتْ مِنْهَا العُيُوْنُ فَقُلْنَا يَا رَسُوْلَ اللهِ كَأَنَّهَا مَوْعِظَةُ مُوَدِّعٍ فَأَوْصِنَا قَالَ أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَ جَلَّ ,وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ تَأَمَّرَ عَلَيْكُمْ عَبْدٌ فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ فَسَيَرَي اخْتِلاَفًا كَثِيْرًا فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ المَهْدِيِّيْنَ عَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ ,وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الأُمُوْرِ فَإِنَّ كُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ رَوَاهُ أَبُوْ دَاوُدَ وَالتِّرْمِذِيُّ وَقَالَ حَدِيْثٌ حَسَنٌ صَحِيْحٌan abiy najihil irbadhibni sariyata rodhiyallahu ta’alaa anhu qola wa adhona rosulullahi shollallahu alaihi wa sallama mau’idhotu muwadda’un fa aushina qola aushikum bitaqwallahi azza wa jalla, was sam’I wath tho’ati wa in ta ammaro alaikum abdun fa innahu man ya’isy minkum fasayarokh tilafan katsiron fa’alaikum bisunnatiy wa sunnatil khulafaa ir rosyidinal mahdiyyina adhdhu alaiha bin nawajidzi, wa iyyakum wa mukhdatsatil amuri fa inna kulla bid’atin dholalatun rowahu abu dawud wat turmudziy wa qola haditsun hasan shohih. Artinya Dari Abu Najih Al Irbadh bin Sariah radhiallahu anhu dia berkata Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam memberikan kami nasehat yang membuat hati kami bergetar dan air mata kami berlinang. Maka kami berkata Ya Rasulullah, seakan-akan ini merupakan nasehat perpisahan, maka berilah kami wasiat. Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam bersabda “ Saya wasiatkan kalian untuk bertakwa kepada Allah ta’ala, tunduk dan patuh kepada pemimpin kalian meskipun yang memimpin kalian adalah seorang budak. Karena di antara kalian yang hidup setelah ini akan menyaksikan banyaknya perbedaan pendapat. Hendaklah kalian berpegang teguh terhadap ajaranku dan ajaran Khulafaurrasyidin yang mendapatkan petunjuk, gigitlah genggamlah dengan kuat dengan geraham. Hendaklah kalian menghindari perkara yang diada-adakan, karena semua perkara bid’ah adalah sesat “ Riwayat Abu Daud dan Turmuzi, dia berkata hasan shahihMengutip tulisan Dr, Muh Mu’idunillah Bashri, Berikut 5 isi atau kandungan hadits bukhori dan muslim di atas Bekas yang mendalam dari nasehat Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam dalam jiwa para shahabat. Hal tersebut merupakan tauladan bagi para da’i di jalan Allah ta’ala. Taqwa merupakan yang paling penting untuk disampaikan seorang muslim kepada muslim lainnya, kemudian mendengar dan ta’at kepada pemerintah selama tidak terdapat di dalamnya maksiat. Keharusan untuk berpegang teguh terhadap sunnah Nabi dan sunnah Khulafaurrasyidin, karena di dalamnya terdapat kemenangan dan kesuksesan, khususnya tatkala banyak terjadi perbedaan dan perpecahan. Hadits ini menunjukkan tentang sunnahnya memberikan wasiat saat berpisah karena di dalamnya terdapat kebaikan dan kebahagiaan dunia dan akhirat. Larangan untuk melakukan hal yang baru dalam agama bid’ah yang tidak memiliki landasan dalam agama.
SyarahHadits Arbain Penjelasan 40 Hadis [ Lihat Gambar Lebih Besar Gan] Rp 80.500: Terjemah Qurrotul Qurotul Uyun Rp 33.600: Terjemah Talim Mutaalim Hvs -terjemahan Ta [ Lihat Gambar Lebih Besar Gan] Rp 28.100: Matan Bina Wal Asas Sc Kertas [ Lihat Gambar Lebih Besar Gan] Rp 6.000: Tamyiz Pintar Terjemahan Al-qur 39 An [ Lihat Gambar Lebih